Minggu, 13 Mei 2012


Penulis sangat terkejut membaca berita yang dilansir Detik dengan judul “Ditemukan Jenazah Berparasut Tergantung di Pohon, Diduga Pilot Sukhoi.” Beritanya mengacu keterangan dari salah satu team SAR, Sertu Abdul Haris, pimpinan regu dari Kopassus yang mengatakan, dia bersama 6 orang rekan kesatuan tengah berupaya menuruni tebing curam dengan tingkat kemiringan 85 derajat, tim baret merah itu berhasil menemukan jasad yang diduga pilot pesawat.

Abdul Haris menjelaskan kepada wartawan Sabtu (12/5), di Posko evakuasi Embrio, Bogor, ”Saat menuruni tebing kita melihat ada jasad di atas pohon bergelantungan di parasut.” Haris dan tim menduga jasad yang ditemukan tidak utuh tersebut adalah pilot pesawat nahas. Dugaan kuat itu dilihat dari ciri wajah depan yang sebagian masih terlihat utuh dan rambut putih. “Di dompet yang kami temukan di celana tertera nama orang asing,” ujarnya.

Berita ini sepintas kecil dan sederhana, tetapi menurut teori penerbangan sangat penting dalam penyelidikan sebuah kecelakaan pesawat. Sayang penjelasan yang diberikan tidak menyertakan data surat keterangan atau identitas yang mereka temukan dan foto parasut tersebut. Yang jelas apabila berita tersebut dibuat apa adanya, menurut penulis harus menjadi salah satu fokus investigasi. Disatu sisi, Sertu Abdul Syukur sebagai anggota pasukan khusus (Kopassus) yang dipastikan juga seorang penerjun, jelas faham dan tidak mungkin salah mengenali bahwa jenazah tersebut tergantung di pohon dengan menggunakan parasut.

Kini timbul pertanyaan dibenak penulis, tidak wajar seorang penerbang pesawat angkut komersial menggunakan parasut. Parasut bagi seorang penerbang hanya dipergunakan mereka yang terbang dengan pesawat tempur. Jadi hal ini harus diselidiki lebih lanjut dan sebaiknya menjadi fokus dari team KNKT dan Basarnas. Spekulasi bisa berkembang menjadi bermacam-macam.

Yakini dahulu bahwa jenazah tersebut memang Captain Pilot Alexander Yablontsev, dari pengamatan sekilas Abdul Syukur secara fisik memang mereka perkirakan orang tersebut pilotnya. Ataukah di pesawat tersebut terdapat orang lain yang sudah mempersiapkan diri dengan parasut, yang mempunyai niat tidak baik? Apakah ada Hijacking? Nah, spekulasi seperti ini bisa saja terjadi. Dengan 14.000 jam terbang, Yablontsev bukanlah penerbang sembarangan, dia penerbang handal dan terbaik yang dimiliki oleh Sukhoi. Pesawat SSJ100 tersebut juga dilengkapi dengan peralatan yang super modern yang mampu memonitor hambatan cuaca buruk dan sebuah medan berbahaya di sebuah ketinggian. Apakah sesederhana dan semudah itu Yablontsev dan SSJ100 yang super modern itu menabrak gunung?

Apabila informasi tersebut benar, terbukti ada jasad yang menggunakan parasut, ini bisa merupakan salah satu pintu masuk terhadap kecelakaan yang sangat mengherankan tersebut. Team ahli Rusia kini sebanyak 77 orang sudah datang, mereka adalah para ahli yang khusus dikirim oleh pemerintah Rusia. Bersama mereka juga dikirim dua helikopter serta peralatan investigasi lainnya. Kita sebaiknya menyampaikan setiap rinci informasi kepada mereka, karena mereka yang sangat faham dengan kemampuan dan kerawanan pilot serta pesawatnya.

Memang kini kita sebaiknya tidak berspekulasi dalam menyatakan penyebab kecelakaan tersebut. Sebagai insan udara dan anggota kelompok ahli BNPT, penulis merasakan ada sebuah keganjilan disini. Pemikiran ini hanyalah sebuah masukan sebagai sense of intelligence. Semoga semua tabir gelap ini terkuak, ada apa sebenarnya dibelakang ini semuanya. Kasus ini demikian penting bagi bangsa Indonesia dan Rusia. Selamat bertugas.

0 komentar:

Posting Komentar